Jumat

Kronologis Tabuik Pariaman


WISATA BUDAYA

PESTA TABUIK DAN FESTIVAL ANAK NAGARI PIAMAN

Pesta Budaya Tabuik merupakan salah satu grand event pariwisata nasional yang diadakan setiap tahun sekali di Kota Pariaman. Kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah (tahun baru Islam). Proses pelaksanaan pesta tabuik dilakukan selama 10 hari dimulai sejak tanggal 1 s/d. tanggal 10 Muharram tahun Hijriyah sesuai dengan kronologis terjadinya prosesi perang karbala pada zaman Hosen cucu Nabi Muhammad SAW, yang berakibat terbunuhnya Husen secara menggenaskan, akan tetapi mendapat anugrah dari Allah SWT, diangkat kelangit dengan suatu kenderaan mukjizat.
Secara berurutan prosesi Pesta Tabuik Piaman dirayakan dengan 7 macam kegiatan, dimana setiap kegiatan memberikan makna kebesaran Allah SWT. dalam menegakan dan mensyiarkan Islam.
Menurut sejarah Tabuik berasal dari orang India yang tergabung dalam pasukan “Islam Thamil” dibawah kepemimpinan “Thomas Stamfor Rafles” pada masa kolonialisme Inggris di Bengkulu (1826). Setelah perjanjian London (17 Maret 1829), Bengkulu jatuh ketangan Belanda, dan Inggris menguasai Singapura, hal itu menyebabkan pasukan Thamil yang berada di Bengkulu menyebar, diantaranya ada yang sampai ke Pariaman. Pariaman waktu itu sangat terkenal sebagai pangkalan laut (pelabuhan kapal laut) yang cukup ramai. Sesampai di Pariaman tradisi merayakan tabuik oleh Kelompok Islam Thamil tetap mereka lakukan, maka sejak saat itu Perayaan tabuik menjadi budaya masyakat Pariaman.
Sebagaimana diketahui makna dari peringatan Tabuik adalah dalam rangka memperingati kematian Hasan dan Hosen, cucu Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam perang Karbala di Madinah, dimana dalam perang Bani Umayah dari Syiria dibawah pimpinan Raja Yazid dengan kelompok Islam yang dipimpin oleh Hasan dan Hosen, yang menimbulkan kematian mengenaskan dipihak Hosen. Namun, berkat kebesaran Allah SWT jenazah Hosen tiba-tiba diusung ke langit dengan menggunakan kendaraan “Bouraq” sejenis binatang berbadan kuda tegap berkepala manusia serta mempunyai dua sayap lebar membawa sebuah peti (jenazah) yang berumbul-umbul seperti payung mahkota arna warni, inilah yang disebut dengan “Tabuik”.
Adapun perayaan Pesta Budaya Tabuik Piaman pada saat sekarang ini lebih difokuskan kepada nilai pariwisata, dengan penyesuaian-penyesuaian yang sewajarnya.
KRONOLOGIS TABUIK
Mengambil Tanah
Tanggal 1 Muharram
Kegiatan mengambil tanah dilaksanakan tepat pada tanggal 1 bulan Muharram merupakan awal pelaksanaan Pesta Budaya Tabuk. Pengambilan tanah dilakukan oleh dua kelompok Tabuik yang akan difestivalkan yaitu kelompok “Tabuik Pasar” dan kelompok “Tabuik Subarang”. Waktu pelaksanannya pada petang hari tanggal 1 Muharram tersebut.
Masing-masing kelompok Tabuik mengambil tanah pada tempat yang berbeda dan berlawanan arah. Tabuik Pasar di dendangkan Tabuik subarang di desa Galombang. Jarak masing -masing dari rumah pembuatan tabuik + 1.600 meter. Petugas pengambil tanah ini ditetapkan seorang laki-laki dengan pakaian putih(jubah), sebagai lambang kejujuran kepemimpinan Hosen. Tanah yang diambil dimasukkan ke dalam ” Daraga ” berupa kotak yang menyimbolkan kuburan Hosen, lalu dibawa dengan arak-arakan ke ‘Rumah Tabuik’ diiringi bunyi “Gandang Tasa” bertalu-talu yang dimainkan oleh anak nagari. Bunyi Gendang Tasa yang energik memberikan semangat kepada arak-arakan.
Manabang Batang Pisang
Tanggal 5 Muharram
Menebang batang pisang merupakan kegiatan melambangan ketajaman pedang dalam perang menuntut balas atas kematian Hosen. Menebang batang pisang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian putih (jubah). Batang pisang ditebang menggunakan pedang tajam dengan sekali pancung harus putus. Keg iatan       ini dilakukan dalam waktu bersamaan di tempat yang berbeda oleh dua kelompok Tabuik (Pasar dan Subarang). Pada saat kembali, juga akan terjadi peristiwa seperti sewaktu mengambil tanah. Sementara proses pembuatan kerangka bawah tabuik diperkirakan telah berjalan 50 %.
Maatam
Tanggal 7 Muharaam
Tanggal 7 Muharram siang hari kira-kira jam 12.00 dilaksanakan ‘Maatam’ dengan membawa Panja (jari-jari tangan Hosen yang terpotong / dicincang oleh Raja Yazit.
Jari-jari Hosen ini diletakan dalam suatu usungan, dengan khidmat dibawa keliling tempat ‘periuk’ yang dihakikatkan sebagai kuburan Hosen tadi dan dalam berkeliling itu diiringi bersama-sama sambil meratap (menangis) yang dilakukan oleh salah seorang dari kaum pembuat tabuik.
“Ma’atam” artinya mengekspresikan kesedihan atas gugurnya Hosen oleh keganasan kaum kafir.
Maarak Panja (Jari-jari Hosen)
Tanggal 7 Muharram
Tanggal 7 Muharam malam harinya Panja berisi jari-jari hosen tersebut diarak keliling kampung, dengan pengertian agar seluruh masyarakat dapat mengetahui dan melihat tanda / bukti keganasan Raja Yazit yang zalim itu.
Dalam pelaksanaannya selalu dimeriahkan dengan bunyi-bunyian gandang tasa, dan diperapatan bertemunya dua kelompok tabuik akan terjadi seperti peristiwa pertempuran di padang karbala.
Selain itu juga dimeriahkan dengan ‘Hoyak Tabuik Lenong’ yaitu sebuah tabuik berukuran kecil yang diletakan diatas kepala seorang laki-laki, sambil diiringi bunyi gandang tasa bersemangat dan energik.
Maarak Panja (Saroban Hosen)
Tanggal 8 Muharram
Sama halnya dengan malam sebelumnya, diatas Panja saat ini terdapat Sorban Hosen, juga kembali diarak keliling kampung, menunjukan kepada masyarakat akan kebenaran Husen sebagai pemberani dan pembela kebenaran dan tingkah lakunya yang pantas ditiru.
Beberapa orang mengarak sorban, pedang dan kopiah haji Hosen dalam sebuah dulang (panja), sambil diikuti bunyi Gendang Tasa yang bertalu-talu serta hoyak tabuik lenong yang mengebu-gebu.
Festival Tabuik
Tanggal 10 Muharam
Pukul 04.00 WIB dini hari kesepuluh, dua bagian dasar dan puncak tabuik mulai disatukan menjadi sebuah Tabuik lengkap dengan suatu upacara yang disebut “Tabuik Naik Pangkat”. Setelah disatukan kedua bagian tabuik tersebut terlihatlah kemegahan tabuik menculang kelangit dengan ketinggian 7-8 meter, hal tersebut terjadi di dua tempat Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang.
Setalah matahari mulai naik, keluarlah arak -arakan tabuik dengan Burak memmbawa jari  jari dan saroban seperti dikisahkan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan Pesta Tabuik 2 tabuik akan di festivalkan dalam suatu upacara di pusat kota Pariaman, dimana pesta ini dibanjiri oleh banyak orang.
Sore harinya tabuik dibuang ketengah sawang (ke laut), seakan-akan burak terbang membawa arak-arakan naik ke langit,
Sebelum tabuik dibuang disimpan (saroban, jari-jari karena diantaranya ada yang terbuat dari emas dan dipergunakan lagi pesta tahun-tahun selanjutnya.
Upacara pembuangan tabuik ditutup dengan doa pelepas arak-arakan. Setelah terbuangnya tabuik maka para pengunjung berbondong- bondonglah pulang, dalam hati masing- masing mengenangkan peristiwa itu, diantaranya ada yang mengucapkan kalimat berbunyi : A;i Bidayo, Ali Bidansyah, Yaa Hosen, namun pengertian dari kata-kata itu tidak pula pernah menjadi pertanyaan bagi pengikut tabuik sejak dulunya.
PENUTUP
Tiap-tiap gerakan yang bersangkutan dengan upacara tabuik ini dipelopori dengan arak-arakan bendera yang merupakan lambang dalam barisan perang, dipersenjatai secara simbolik dengan dua buah sewah yang tonggaknya dililit dengan kain tiga warna (merah-kuning-hitam). Arak-arakan digembirakan dengan gendang tasa seakan-akan genderang perang yang menghembuskan semangat juang pada tentara yang sedang menuju medan perang.
Tiga hari sesudah tabuik dibuang, daragapun (yang tidak dari batu) dibuang ke laut, artinya dibuang syarat-syarat yang terpakai untuk membuat daraga itu.

Tidak ada komentar: